Anda tentu pernah mendengar nama Sukyatno Nugroho, juragan Es Teler 77. Di
mulai dari sebuah warung kecil di antara bangunan perkantoran di Jakarta,
dengan kiat pemasarannya yang unik, ia berhasil mengembangkan waralaba es
telernya ke seluruh Indonesia, bahkan sudah merambah ke Malaysia, Singapura dan
Australia. Ia selalu mengatakan bahwa resepnya adalah juara Indonesia bahkan
juara internasional. Orangpun rupanya tak perlu bertanya kapan dan siapa yang
menyelenggarakan kejuaraan itu, yang penting rasa es telernya bisa diterima
konsumen, dan sebutan “juara Indonesia” sekadar memberi legitimasi kualitas
produknya saja.
Tak kalah uniknya adalah Puspo Wardoyo. “Pejuang poligami” itu justru lebih
banyak bercerita tentang indahnya hidup berpoligami ketimbang mempromosikan
rasa ayam bakarnya. Toh pengunjung ke rumah makan Ayam Bakar Wong Solo
senantiasa membludag. Di manapun ia buka cabang, pengunjung pun membanjir ke
restorannya. Ia kini menjadi icon baru dalam dunia waralaba di Indonesia.
Masih banyak kisah-kisah sukses para entrepreneur di Indonesia. Di masa
lalu kita kenal Ayam Goreng Mbok Berek, yang sampai kinipun masih bertahan di
beberapa kota, termasuk Jakarta. Kita juga pernah mendengar cerita jatuh bangunnya
Bob Sadino membangun KemChick, dan masih banyak lagi kisah-kisah menarik para entrepreneur
kita.
Entrepreneurship sesungguhnya mendapat tempat yang sangat tinggi dalam
Islam. Rasulullah SAW tak henti-hentinya menghimbau umatnya untuk melakukan
entrepreneurship dalam rangka mencari rezeki Allah yang halal. Dalam surat
al-Jum’ah ayat 10 ditegaskan; “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. ” Dalam ayat ini terdapat dua kata
kunci yaitu bertebaranlah dan carilah. Artinya ayat tadi tidak sekadar menyeru
untuk bekerja dan berusaha, tetapi juga mempergunakan seluruh potensi dan
kemampuan bisnis yang ada sehingga menjadi entrepreneurship yang
berhasil. Ayat itu juga memberin pesan agar senantiasa menjaga keseimbangan
antara mencari rezeki, melakukan usaha dan mengingat Allah melalui sembahyang.
Muhammad juga senantiasa mendorong umat melakukan riset dan pengembangan. Dalam
salah satu hadis beliau bersabda: Barang siapa (melakukan inovasi sehingga)
menemukan sesuatu yang baru lagi baik, maka baginya pahala penemuan tersebut
dan pahala orang yang mengambil manfaat dari padanya. Islam pun selalu
menyerukan umatnya untuk melakukan eksplorasi apa saja yang ada di langit dan
di bumi untuk kepentingan umat manusia.
t¤yur /ä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# $YèÏHsd çm÷ZÏiB 4
¨bÎ) Îû Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 crã©3xÿtGt ÇÊÌÈ
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada
di langit dan di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari padaNya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berpikir (Qs al-Jatsiyyah(45) ayat 13).
Sedemikian luas kesempatan untuk melakukan eksplorasi ini sehingga para ulama –
di antaranya Imam Syafii dan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah – merumuskan bahwa
hukum dasar dalam bidang muamalah adalah boleh atau tidak ada larangan hingga
datangnya dalil yang melarang hal tertentu. Kita memiliki kesempatan yang
sebebas-bebasnya untuk bertransaksi atau membuat inovasi produk selama belum
ada larangan yang tegas akan hal itu. Kita sangat leluasa untuk melakukan business
engineering selama “tidak mengubah yang halal menjadi haram atau
memutarbalikkan yang haram menjadi halal. ”
Lebih dari itu, beliau juga memberikan proteksi dan jaminan bagi umatnya yang
berinovasi dan melakukan eksplorasi produk baru. Barang siapa berijtihad
(optimalisasi kemampuan) dan benar maka baginya dua pahala dan apabila
ijtihadnya salah ia mendapat satu pahala.
Sungguh luar biasa dan unik strategi bisnis Rasulullah SAW. Ia memberikan
kesempatan kepada umatnya untuk terus mencoba dan mencoba. Siapa tahu umat tadi
masih dalam tahap trial and error. Bila langsung dihukum karena salah
berinovasi mungkin ia langsung putus asa. Namun bila diberi kesempatan bisa
jadi ia akan memetik keberhasilan setelah usahanya yang kedua atau ketiga.
Maka harus kita katakan bahwa Muhammad SAW ribuan tahun telah mendahului Joseph
Schumpeter yang berkata dalam bukunya “Theory of Economic Development”, bahwa:
“Economic is determined by the dynamic function of entrepreneurship, and
this dynamic function in inovation<\i>.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar