29 Juli 2011

BISNIS CARA RASULULLAH


BISNIS CARA RASULULLAH – BICARA BERSAMA SYAFII ANTONIO – TAZKIAONLINE.COM

Edisi 20-12-2004
Jangan Turuti Langkah Setan


Ini pengalaman seorang teman dari sebuah pengajian ba’da maghrib, di sebuah masjid kecil. Teman tadi baru saja memberikan ceramah mengenai konsep Islam dalam bidang ekonomi. Seorang jamaah mempertanyakan tentang perbankan syariah sambil mengatakan bahwa dia belum percaya sepenuhnya pada sistem perbankan syariah.Rupanya, jamaah tadi tidak percaya pada perbankan Islam bukan karena pernah dikecewakan oleh kinerja bank syariah. Persoalannya, ternyata, cuma karena dia belum kenal bank syariah. “Informasi tentang bank syariah tidak pernah jelas dan tidak sampai kepada saya,” kata teman tadi menirukan ucapan jamaah tersebut. Sudah tentu jamaah tadi tidak berlangganan surat kabar yang kini sedang Anda baca, sehingga tidak pernah terbaca olehnya informasi tentang bank syariah. Lagi pula, tak sampai satu kilometer dari kompleks perumahan tempat teman tadi berceramah, terdapat kantor cabang dua bank umum syariah, yakni BMI dan BSM. Seandainya sekali saja beliau menyempatkan diri mampir ke salah satu kantor bnk syariah itu, tentu ia mendapatkan penjelasan dari tangan pertama.

Begitulah realitas sosial umat kita. Sebagian besar, termasuk mereka yang intelek, hanya menunjukkan keislamannya melalui ritualisme ibadah. Islam hanya diingat pada saat kelahiran bayi, ijab kabul dan pernikahan, sementara Islam dimarginalkan dari dunia perbankan, asuransi, pasar modal, pembiayaan proyek, transaksi ekspor impor. Akibatnya, umat Islam merasa bahwa Islam tidak memiliki konsep apapun tentang bisnis dan keuangan. Kalaupun ada terbatas kepada zakat, waris, waqaf, shadaqah, atau jual beli dan sewa menyewa yang sederhana saja.
Padahal, sikap mengutamakan lembaga keuangan Islam sesungguhnya merupakan bagian dari kesadaran untuk menerapkan Islam secara utuh dan total. Dalam QS Al Baqarah ayat 85 Allah menegaskan: .....”Apakah kalian beriman kepada sebagian Alkitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian daripada kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat.” Atau dalam surat yang sama pada ayat 208: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuhmu yang nyata” . Kedua ayat tersebut dengan tegas mengingatkan bahwa selama kita menerapkan Islam secara parsial, kita akan mengalami keterpurukan duniawi dan kerugian ukhrawi.
Secara sistem sesungguhnya lembaga keuangan syariah lebih unggul ketimbang yang konvensional. Krisis moneter beberapa tahun lalu telah membuktikan bahwa bank bank syariah mampu untuk bertahan bahkan memberikan profit pada saat industri perbankan nasional nyaris ambruk. Jika Anda identifikasi satu persatu bank-bank papan atas nasional, maka nyaris seluruh bank bank pemerintah seperti Bank BNI, Bank BTN, Bank Mandiri (dahulu bank EXIM, BAPINDO, BBD dan BDN) dan bank-bank swasta seperti Bank BCA, Danamon, BII, LIPPO selamat karena disuntik BLBI oleh pemerintah. Sementara sekitar 60-an bank yang tidak dibantu harus rela mati dengan meninggalkan segunung beban finansial yang harus ditanggung negara dan rakyat. Pertanyaan saya, haruskah kita berlama-lama lagi dengan sistem keuangan yang labil krisis ini dengan menjadikan APBN dan kestabilan pembangunan sebagai jaminannya?
Lebih dari itu, jika Anda menyimpan dana di lembaga keuangan syariah maka Insya Allah dana tadi secara kolektif akan dipergunakan untuk sektor-sektor yang halal dan membantu proses penguatan ekonomi umat yang kebanyakan berada di level grass root. Sebaliknya jika Anda menyimpan seluruh dana di lembaga lembaga konvensional, apalagi bila pengurusnya tidak amanah, maka Anda hanya akan membesarkan konglomerasi di bumi pertiwi. Wallahu a’lam bis-Shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar