29 Juli 2011

Gerakan Perbankan Syariah masih Kurang Sosialisasi


Republika, Senin, 06 September 2004
Gerakan Perbankan Syariah masih Kurang Sosialisasi
Laporan : ayh
JAKARTA--Masyarakat banyak melihat bank syariah sama seperti bank umum. Garakan perbankan syariah, menurut Nur Wahyono, masih kurang greget dan bahkan kurang sosialisasi. Sehingga, produk-produk perbankan syariah belum begitu dikenal oleh masyarakat. ''Karena itu, sosialisasi perbankan syariah perlu ditingkatkan lagi,'' kata komisaris Batasa (BTS) Syariah itu, dalam diskusi terbatas di Jakarta, pekan lalu. Komentar senada juga dikemukakan pakar ekonomi Islam dari UII Prof Dr Mohammad Akhyar Adnan pada kesempatan terpisah.
Karena kurangnya sosialisasi itu, menurut Akhyar, banyak masyarakat yang masih melihat bank syariah sama saja dengan bank umum. Apalagi, masih ada produk bank syariah yang sepintas sama dengan produk bank umum, seperti pinjaman konsumtif dengan bunga tetap. Akhyar setuju, agar pemasyarakatan perbankan syariah
lebih digalakkan lagi, agar prinsip-prinsip syariahnya lebih dipahami oleh masyarakat dan produk-produknya lebih dikenal. ''Masih adanya kesan dari sebagian masyarakat bahwa produk-produk perbankan syariah sama saja dengan produk-produk perbankan umum, itu karena kurangnya sosialisasi,'' kata Purek IV Universitas Islam Indonesia itu, di kampus UII Cik Ditiro, belum lama ini.
Menurut Nur Wahyono, jika dikelola dengan baik, prospek perbankan syariah di Indonesia sebenarnya sangat baik. Hal ini disebabkan beberapa hal. Pertama, banyak di kalangan umat Islam yang menganggap bunga bank sebagai riba, dan masalah ini masih terus diperdebatkan. Sehingga, adanya bank syariah dapat menjadi alternatif terbaik untuk menyelesaikan masalah hukum bunga bank itu. Sebab, perbankan syariah memakai prinsip-prinsip yang jelas sesuai dengan hukum Islam. ''Landasan hukum perbankan syariah sangat jelas sesuai akidah Islam,'' katanya. Kedua, masyarakat Muslim merupakan mayoritas penduduk Indonesia, dan kesadaran mereka untuk menerapkan hukum Islam dalam sistem ekonomi serta perbankan makin tinggi.
Mereka menjadi pangsa pasar yang besar bagi bisnis perbankan syariah. ''Tapi, tentu, kemajuan akan dicapai jika dikelola dengan profesional dan dipromosikan dengan baik,'' kata pebisnis yang kini sedang memperdalam ilmu ekonomi di pasca-sarjana Universitas Kebangsaan Malaysia itu. Ketiga, dukungan dari negara-negara Islam terhadap perbankan syariah sangat tinggi. Sehingga, bank-bank syariah di Indonesia akan terdorong ke bisnis yang lebih mawaddah. ''Secara bisnis, perbankan syariah jelas lebih mawaddah dibanding perbankan umum,'' tegasnya. ''Selain itu, secara bisnis sistem perbankan syariah juga lebih kompetitif,'' tambahnya. Melihat keunggulan-keunggulan itulah, kini Nur Wahyono juga menginvestasikan modalnya ke bank syariah, yakni BII Syariah. ''Ini karena saya yakin bahwa menanam modal di perbankan syariah itu aman dari segi apapun, baik dari segi moral, syariat, bisnis maupun prinsip perbankan,'' jelasnya.
Alternatif terbaik
Adanya perbankan syariah, menurut Nur Wahyono, menjadi alternatif terbaik bagi pengusaha-pengusaha Muslim dalam menginvestasikan modalnya di dunia perbankan. ''Banyak lho pengusaha Muslim yang tidak mau menginvestasikan dananya di bank umum, karena menganggap bunganya riba. Mereka kini memilih bank-bank syariah,'' katanya. Meskipun begitu, baik Akhyar Adnan maupun Nur Wahyono menganggap kemajuan perbankan syariah akan lamban jika tidak terus didorong dan dimasyarakatkan. ''Kita semua wajib mendorong perbankan syariah untuk cepat maju. Ini juga menjadi kewajiban pemerintah,'' kata Nur Wahyono.
Menurut Akhyar, ada beberapa cara untuk mendorong kemajuan perbankan syariah. Pertama, mempromosikan produk-produknya agar lebih dikenal dan dipahami secara benar oleh masyarakat. Selama ini, menurutnya, bank-bank syariah kurang agresif. Iklan-ilkan perbankan syariah, misalnya, jarang terlihat di televisi maupun koran. Sementara, iklan-iklan bank umum sangat gencar dengan iming-iming berbagai hadiah. Dan, kedua, membenahi manajemen perbankan syariah. Selama ini, menurutnya, ada kesan kuat bahwa manajemen bank-bank syariah umumnya kurang bagus.
Karena itu, perlu dibenahi. Ia mengakui, hal itu terjadi terutama karena masih kurangnya SDM perbankan syariah. Karena itu, Akhyar mengusulkan perlunya diperbanyak lembaga pendidikan tenaga perbankan syariah. Berkaitan dengan itu, Nur Wahyono menambahkan, perlunya diperbanyak produk-produk perbankan syariah yang menarik dan dibutuhkan masyarakat. Ia menyebut salah satu contoh produk yang dikeluarkan oleh BII Syariah, yakni BII Syariah Platinum. Ini semacam ATM multiguna. Namun, yang menarik, ada kontrol moralnya. ATM itu, menurutnya, tidak dapat dipakai untuk belanja barang-barang haram, seperti minuman keras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar