Republika, Jumat, 17 September 2004
Cina Tertarik Ekonomi Islam
Laporan : tid
Cina Tertarik Ekonomi Islam
Laporan : tid
HONGKONG-- Untuk pertama kalinya di Asia, taipan Cina menanamkan investasi dengan sistem bagi hasil. Bisnis yang bersifat islami tak hanya menarik kalangan Barat tapi juga etnis Cina. Bekerja sama dengan Dubai Islamic Bank, Cheung Kong, sebuah perusahaan holding yang bermarkas di Hongkong, mengumumkan rencananya membuka investasi senilai 450 juta dolar AS.
Langkah Cheung Kong merupakan yang pertama di Asia. Sebelumnya tak banyak taipan Cina yang tertarik menjalankan bisnis dengan sistem bagi hasil dan tanpa bunga. Cheung Kong merupakan perusahaan holding yang sebagian sahamnya dimiliki milyuner Hong Kong bernama Li Ka-shing. Di proyek investasi islami ini Cheung Kong menginvestasikan dana senilai 34,2 juta dolar.
Selain Cheung Kong, Hutchison Whampoa, juga perusahaan yang sahamnya dimiliki Li ikut menanamkan saham pada proyek ini. Sementara mayoritas dana diberikan oleh Dubai Islamic Bank. Untuk manajemen investasi, dana dari beberapa sumber ini akan dikelola oleh ARA Asset Management, sebuah lembaga manajer investasi. Dana ini akan diinvestasikan pada proyek perumahan dan komersial di Cina, Singapura Hongkong, Kuala Lumpur dan Seoul.
''Asia masih merupakan pasar yang sangat potensial,'' kata Executive Vice President Investment Banking pada Bank Islam Dubai Aref Sooheji sebagaimana dikutip International Herald Tribune.com beberapa waktu lalu. Pertumbuhan ekonomi Asia, yang dimotori oleh Cina amat signifikan. Negeri Tirai Bambu itu, kata Arif, sudah mampu menjadi eksportir untuk berbagai jenis barang.
Arif mengatakan kendati dikelola bersama manajemen investasi dari Cina, pengelolaan dana tetap menggunakan prinsip syariah. Dana investasi bertajuk Al Islami Far Eastern Real Estate Fund ini akan berlangsung selama lima tahun.
Dari Malaysia sebuah firma bisnis Deloitte juga melebarkan sayapnya ke Selandia Baru. Ian Perry, kepala divisi Deloitte Selandia Baru sebagaimana dikutip The National Business Review kemarin, mengatakan ekonomi Islam tak hanya milik Muslim saja. Deloitte merupakan sebuah perusahaan konsultan keuangan dan akuntansi besar di Malaysia. Dipimpin oleh seorang warga asal Inggris David Vickery, Deloitte melihat bisnis islami amat berpeluang. ''Terutama setelah tragedi Irak dan 11 September.'' Dana dari Timur Tengah, kata Ian Perry, menjadi andalan pengusaha untuk dirujuk jadi sumber investasi.
Terlebih setelah membuktikan sendiri bahwa usaha dengan sistem bagi hasil ternyata lebih menguntungkan. ''Di Malaysia, 70 persen nasabah lembaga keuangan Islam itu non-Muslim,'' kata Perry. Tak lain karena para nasabah non-Muslim itu menyadari bahwa berbisnis dengan cara islami memang lebih unggul.
Erns Geller, seorang dosen dari London mengatakan dengan pola bagi hasil, seorang nasabah bisa berfungsi seperti pemegang saham. Mereka akan ikut juga menikmati keuntungan sebagaimana perkembangan perusahaan. ''Jadi tak ada model eksploitasi di mana satu pihak untung dan yang lain dirugikan,'' tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar